Cinta Sejati ?

Hampir menjadi rutinitasku setiap pulang kerja aku bertandang ke tempat di mana JANDA berada. Ada kenyamanan ketika aku bisa berada di sana. Bahkan aku lebih merasa di sanalah duniaku yang sebenarnya. Sedang asyik-asyiknya menikmati setiap lekuk JANDA tiba-tiba temanku datang menghampiri. Lantas tanpa basi-basi yang terlalu panjang dia bertanya padaku tentang apa sih cinta sejati.

Ehm, aku jadi teringat waktu aku memodivikasi gerobak merah ORTUku dulu.Di kaca belakang gerobak (mobil) itu aku tuliskan “Mother is True Love”. Dan meski gerobak merah itu kini telah tiada karena terbakar, tulisan itu tetap membekas di hatiku, selamanya.

Aku tanya pada dia, tentang arti cinta sejati dalam konteks apa yang dia inginkan. Ternyata dia minta cinta sejati dalam konteks cinta antara lawan jenis/ anak muda. Lalu aku tanyakan kembali siapa sosok gadis yang telah membuatnya setegang ini. Dan dia pun menjawab bahwa gadis ini adalah teman sepengajiannya. Dan dia adalah gadis berjilbab yang sebenarnya sudah dua tahun ini dikenalnya, dan seterusnya dia jelaskan panjang lebar.

Sebenarnya aku ingin menyuruh dia membaca postingan ini. Dan semoga dia memiliki kesempatan membacanya. Aku katakan padanya bahwa adalah sebuah fitrah ketika seorang lelaki memiliki ketertarikan terhadap wanita dan begitu sebaliknya. Bahkan ketika kita memutuskan untuk menikahi seseorang pun kita selayaknya harus memiliki kecenderung hati kepadanya. Dan kecendrungan hati ini sulit sekali diduga kapan dan pada siapa jatuhnya. Makanya ketika kita telah merasa memiliki kecendrungan hati lalu kita meminta petunjuk Allah, dan ketika hati kita telah terteguhkan maka timbul keinginan tuk melegalkan jalinan cinta dengan cara menikah dan pernikahan tersebut dilakukan untuk mensinergikan potensi demi meneguhkan penghambaan kepada Sang Pemilik Cinta Hakiki, saling memuliakan satu sama lainnya dan menapaki jalan ketabahan meski penuh onak duri, maka itulah cinta sejati.

“Jadi aku harus segea menikahinya”. Tanya temanku yang terlihat dimabuk kepayang itu.

“Ya akhi, ini adalah kesempatan kebaikan. Maka kau tak perlu lagi ragu dan bimbang. Jika aku memiliki kecendrungan hati pun pada sorang akhwat, aku kan segera melakukan proses taaruf dan jika kita memang sefaham maka aku kan segera menikahinya.”

Dan kulihat dia pun dalam kondisi bimbang. Padahal hampir setiap senin dan kamis dia shaum, hampir setiap malam ke pengajian dan hampir setiap malam dia shalat istikharah. Jelas aku heran.