Sujud syukur tak terbantahkan lagi. Atas kelulusan adiknya yang diterima di Jurusan Teknik Sipil UI. Adiknya yang selama dua bulan ini dia paksakan tuk mengintensifkan belajarnya, akhirnya berhasil juga. Teknik Sipil bukanlah pilihan adiknya memang, melainkan keinginan sang ayah. Dan sang ayah merekomendasikan jurusan itu pastilah bukan karena tanpa alasan. Ya, karena sang ayah juga bekerja dibidang yang sejalan, meski hanya seorang kuli bangunan. Kuli bangunan yang kini telah memiliki banyak anak buah.
Besoknya dia pergi mengantar adiknya tuk melakukan daftar ulang. Dan ketika Ali coba mengecek saldo di rekeningnya, dia amat terkejut. Terdapat penambahan jumlah saldo yang cukup signifikan. Tiga puluh juta rupiah jumlah tepatnya. Dan ketika Ali coba telepon ayahnya, dia baru tahu kalau uang tersebut adalah transferan dari sang ayah. Dan sang ayah bilang kalau uang tersebut untuk biaya masuk kuliah adiknya dan sisanya untuk tambahan biaya pernikahan Ali sendiri.
“Nak, makasih ya. Sebagai kakak kau telah sangat berjasa membantu adik-adikmu untuk bisa mencapai keinginannya. Kami di sini sangatlah bangga. Ibumu hampir semalaman menangis ketika kau kabarkan bahwa adikmu lulus di UI. Dia sangat bangga dan terharu. Betapa tidak bahagia ketika ibumu menyadari bahwa dia memiliki anak-anak yang cerdas dan baik hati. Anakku, tanpa sepengetahuanmu ibumu telah membeli 30 gram perhiasan emas untuk mas kawin yang kan kau berikan pada calon istrimu nanti. Tidak terlalu mewah memang, tapi ini cukup menunjukkan izzah keluarga kita. Anakku, terima kasih atas semua pengorbanan dan kesabaranmu. Sekarang saatnya kau memikirkan dirimu, segera kenalkan pada kami biadari itu. Agar kami merasa tenang menikmati masa tua. Ingat, saat lebaran tiba, kau telah berjanji tuk membawa personil baru memperkuat keharmonisan tim keluarga kita.”
Itulah untaian kalimat di telepon dari sang ayah yang membuat Ali tak kuasa melinangkan air mata. Dia tidak sadar bahwa sedari tadi banyak yang memperhatikannya. Termasuk beberapa mahasiswi yang entah mereka semseter berapa di sana.
———-
Ali sudah memiliki janji akan mengunjungi rumah guru ngajinya selepas isya. Tapi ketika dia beranjak meninggalkan masjid, seseorang menyapanya dari belakang.
“Assalamualaikum nak.”
“Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.” Ali segera menoleh ke belakang dan ditatapnya seorang bapak-bapak yang sebenarnya sering dia jumpai dalam barisan shaf menghadap Illahi di masjid itu. Lalu Ali pun tersenyum ramah.
“Nak Ali ya? Maaf bapak mengganggu. Jikalau nak Ali tidak keberatan, Bapak mau mengajak Nak Ali mampir ke rumah barang sebentar.”
“Iya Pak.” Ali berpikir sebentar, dia ingat kalo dia ada janji mau bertemu guru ngajinya. Skala prioritas memang harus dilakukan, tetapi membagi waktu dengan baik toh mungkin bisa dia lakukan. Lalu Ali pun berkata kembali. “Maaf ya Pak ….”
“Pak Anwar”. Bapak-bapak tadi menginformasikan dengan sigap.
“Oh iya Pak Anwar, jikalau berkenan tuk menjelaskan apakah gerangan sehingga Bapak mengajak saya mampir?” Ali coba bertanya tuk bisa menentukan kebijakan.
“Sebenarnya ini tentang sesuatu yang sangat penting. Menyangkut keselamatan anakku.”
“Maaf Pak, ada apa gerangan dengan anak Bapak. Kecelakaankah?”
“Tidak enak Bapak menceritakannya di sini. Ini tentang anak apak yang masih kecil. Yuk nak, ikut Bapak. Bapak benar-benar butuh bantuanmu.”
Dan Ali pun menurutinya. Dia melihat si Bapak sedang dalam masalah, jadi kehadirannya memang benar-benar diperlukan.
———-
Ali mendamparkan diri pada sajadah. Dia menangis, dan mengadu pada Sang Maha Tempat Mengadu. Janji bertemu dengan guru ngajinya dia batalkan. Dan alhamdulillah guru ngajinya mengerti.
Dia coba kembali mengingat-ngingat pembicaraan tadi. Terlebih pada kalimat yang masih saja terngiang terasa berat.
“Nak Ali yang semoga senantiasa dirahmati Allah. Itulah maksud Bapak mengajakmu kemari. Setelah Bapak melakukan shalat istikharoh beberapa kali. Bapak yakin kau adalah lelaki yang tepat tuk menjaga dan menyelamatkan anak kecil Bapak ini. Dia satu-satunya anak Bapak, dan Bapak ingin dia tidak celaka, Bapak ingin dia nyaman terjaga. Maka Bapak harap, nak Ali bersedia menikahi dia.”
Memang tak terbayangkan ternyata lelaki ahli berjamaah itu begitu mempercayainya. Mengamanahkan anak gadisnya tuk bisa Ali jaga. Anak gadis yang sulit terbayangkan seperti apa parasnya. Dari gambaran yang Pak Anwar ceritakan kalau anak gadisnya ini masih kecil, jelek dan kurang mampu berjalan sendiri. “Ya Allah, apakah dia juga lumpuh atau pincang. Ya Allah kuatkanlah hambamu ini.” Gumam Ali.
Lalu Ali pun teringat kembali sosok Rani. Padahal rencana Ali untuk bertemu guru ngajinya adalah untuk meminta pandangannya mengenai rencana Ali untuk melamar Rani. Itu pun jika memang ternyata Rani belum menikah. Karena walau bagaimana pun, hanya Rani lah yang saat ini membuat hatinya cenderung.
Ali tetap harus bertemu guru ngajinya. Ali harus menceritakan mengenai permasalahan yang dihadapinya. Permasalahan yang sedang membuatnya tuk bisa lebih dewasa.
(insyaallah bersambung)
—————————————————————————-
Bagaimanakah kisah selanjutnya. Apakah Ali menuruti permohonan ak Anwar, ataukah Ali memaksakan diri tuk mencoba melamar Rani yang belum tentu masih lajang itu?
cerita bersambung ya kang….
pasti masih panjang lagi ceritanya… 😉
By: okta sihotang on Juni 25, 2008
at 8:47 pm
selamat belajar
By: rivafauziah on Juni 25, 2008
at 10:28 pm
heheheh masih bersambung kang 😀
By: zoel chaniago on Juni 25, 2008
at 10:54 pm
berapa hari gak kesini dah sampe bagian lima? 😀 tadi baru aja catch up… hmm.. ayu.. buruan nyambung.. aku jadi penasaran kalo ada cerita bersambung ginih.. haduuuh.. besok balik lagi ah 😀
By: Jane on Juni 25, 2008
at 11:04 pm
aiiihhh bagus ceritanya….ada bakat choey…ada kang abik baru niy 😉
By: ven on Juni 26, 2008
at 3:28 am
lanjut…..
By: wier on Juni 26, 2008
at 7:42 am
sungguh mati
aku jadi penasaran
sampai matipun
akan ku perjuangkan
*berjuanglah Ali. Chayo Chayo*
By: tukangobatbersahaja on Juni 26, 2008
at 9:10 am
wuih panjang pisan euyy…
By: yusdi on Juni 26, 2008
at 9:12 am
aku kira satu cerita dari kemaren, ternyata beda
By: ulan on Juni 26, 2008
at 10:10 am
ealah.. lagi enak2 baca bersambung.. hihi ditunggu kelanjutannya
By: presy__L on Juni 26, 2008
at 10:14 am
nice blog..nice post..inspiratif banget..salam kenal
By: gundala on Juni 26, 2008
at 10:35 am
Moga-moga Ali mau menikahi Rani … 🙂
By: Vina Revi on Juni 26, 2008
at 11:06 am
hmm…. endingny udh bs ckup bikin penasaran, tapi koq gak nyambung ama previous story bro..:-) .Saya kmarn udh curious abis tntang ap ya isi sms itu… ,brharap trjdi “kterkejutan” di next episode gtu^_^oke. mga jd masukan bgus!! keep at good work bro
. sy gk mau ksh nebak2 ap yg trjdi ,pastinya sang penulis punya “rencana” yg lebih keren. Last but not least, baju bagus baru dijemur, Ayo Maju terus pantang mundur!
By: QanaahSholihah on Juni 26, 2008
at 12:44 pm
hmm.. kayanya sih Ali tetep harus ketemu juga dengan anak Pak Anwar, mungkin saja kondisi sebenarnya akhwat itu ngga seperti yg diceritakan ayahnya, malah saya rasa dia adalah seorang wanita yang amat cantik dan pintar.
waaahhh… jangan2 begitu ketemu anaknya Pak Anwar itu, ternyata dia adalah RANI.. *wuaaaaaa*
kayak ada miripnya ma ayat2 cinta niy. sewaktu Fahri mo ketemu Aisyah.. hehe..
ditunggu lanjutannnya kang Achoey.
By: yu2n on Juni 26, 2008
at 2:21 pm
wuih… keknya serius nih bakatnya… 😆 kasi tau ya kang kalo dah dinovelkan…
By: carra on Juni 26, 2008
at 2:31 pm
mmm…bagus juga ceritanya, tapi critanya mungkin mirip kaya crita yang sering aku dengar…
ada seorang cow yang dijodohkan oleh bapaknya cew tsb, sang ayah mengatakan bahwa cew yang akan dijodohkannya itu buta, tidak bisa mendengar,bisu etc…
sang cow merasa penasaran dan khawatir akan kondisi cew tersebut, tetapi dia pasrah dan akhirnya menikahi cew tsb dan setelah ketemu dengan cew itu..SuhanaAllah cew itu cantik banget, anggapan bahwa cew itu bisu karena dia tidak pernah mengatakan hal2 yang kotor, dikatakan buta karena dia tidak pernah melihat hal-hal yang maksiat…etc
mungkin aja ending critanya mirip kaya cerita ini..
tapi penasaran juga ma endingnya
By: nati on Juni 26, 2008
at 3:29 pm
Gusti!
puanjang skaleeee
haruskah baca dari awal?
heuheu
nanti ajah bacanya kalow dah dibukukan 😛
By: wanoja on Juni 26, 2008
at 3:51 pm
Ali akan menikah dengan…
eng ing eng… siapa hayo???
By: fairuzdarin on Juni 26, 2008
at 4:54 pm
KMN 2008 (Kompetisi Matematika Nasional) Hadiah utama 10 JUTA
Message:
Ikuti Kompetisi Matematika Nasional 2008 antar SLTA tingkat Nasional. Sebuah ajang yang membudayakan kompetisi antar siswa SLTA pada tingkat nasional bidang ilmu matematika, dan mengenalkan peran IT pada guru dan siswa SLTA.
Jadwal Kegiatan
Pendaftaran: 1 Juli – 5 Agustus 2008 Pelaksanaan 12 – 14 Agustus 2008
Tempat Kegiatan
Grha STMIK AMIKOM Yogyakarta,
Jl. Ringroad Utara Condong Catur, Yogyakarta.
Pendaftaran
Biaya Pendaftaran: Rp. 50.000,- / tim
Tempat Pendaftaran: via Online http://kmn.amikom.ac.id…
Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer Bank Mandiri cab. Gejayan Yogyakarta
No. Rek. 137-00-0540110-0 a.n. Armadyah Amborowati
Penghargaan (Award)
* Juara 1 : 10 juta rupiah + beasiswa studi di STMIK Amikom Yogyakarta
* Juara 2 : 8 juta rupiah + beasiswa studi di STMIK Amikom Yogyakarta
* Juara 3 : 6 juta rupiah + beasiswa studi di STMIK Amikom Yogyakarta
* Harapan 1 : 4 juta rupiah + beasiswa studi di STMIK Amikom Yogyakarta
* Harapan 2 : 2 juta rupiah + beasiswa studi di STMIK Amikom Yogyakarta
By: myviolet on Juni 26, 2008
at 5:30 pm
Baru mampir kemari udah part 5 ya? Baca2 lagi cerita sebelumnya ah..
By: kniapril on Juni 26, 2008
at 7:03 pm
wah.., rencana aq mo koment kalau dah tamat sahabat. tapi gak sabaran juga neh mo ikut ngeramein coment… tp hmmm, kira-kira pe berapa episod lagi ya..
By: jiwakelana on Juni 26, 2008
at 7:20 pm
akhirnya, ali akan melanjutkan sekolah ke luar negeri.
*wah, gak nyambung*
ayo, posting ya ke6!
By: marshmallow on Juni 26, 2008
at 8:07 pm
Sriuz, baca paragraf3 aku mendadak sensi… hiks3… Keikhlasan Ali (mendahulukan membantu adik2nya) berbuah kebahagiaan (transfer dri ayah, dah emas yg dibelikan ibu). Truzzz gimana???
By: Rita on Juni 26, 2008
at 10:52 pm