Tekad Ali sudah bulat, meski dia sadar bahwa dia adalah sosok lelaki yang masih dangkal ilmu dan berpenghasilan pas-pasan, dia kan terus maju mendobrak semua keragu-raguan. Untuk menjadi imam yang baik pun belum mumpuni, tapi selama hayat masih dikandung badan maka Ali akan terus belajar dan memperbaiki diri.
Guru ngajinya sudah bersedia menemani, dia kan jemput dengan senag hati. Baginya, Pak Ustadz adalah ayahnya di kota ini. Dengan memakai pakaian batik bercorak dan celana kain hitam dia pun meluncur ke rumah Pak Ustadz dengan menggunakan motor bebeknya.
Tapi ternyata Pak Ustadz sudah pergi dari rumah dan istrinya pun tak menjelaskan secara rinci kemana Pak Ustadz pergi. Istrinya memang sudah sangat percaya akan aktifitas suaminya itu. Karena sang suami adalah lelaki yang amanah.
Ali tak bisa membuang-buang waktu. Dia pun berani bertandang ke rumah Pak Anwar meski seorang diri. Ritme jantungnya memang sudah tak beraturan, rasa berbaur tak terelakan, cemas, gembira dan rasa penasaran. Dan ini yang membuat Ali tak sadar kalau dia sudah sampai di halaman rumah Pak Anwar. Ali menarik nafas panjang menstabilkan emosinya. Tak terlewat do’a pun terucapkan. Sesuatu yang harus dilakukan untuk mengawali peristiwa yang sakral ini.
Pintu pun di buka oleh sang penghuni rumah setelah salam Ali terbalaskan. Dan sosok lelaki berwajah teduh itu yang membukakan pintunya. Alu pun menjabat tangan Pak Anwar dengan penuh rasa hormat, dan Pak Anwar menunjukkan keakraban dalam jabat eratnya. Dan ternyata ada sosok lelaki lain di ruang tamu itu. Dia adalah guru ngajinya. Nah lho Ali pun kaget bercampur bahagia. Kaget kenapa Pak Ustadz ada di sini dan bahagia karena Pak Ustadz bisa menemaninya. Tapi Ali tak mau menanyakan hal kenapa Pak Ustadz sudah ada di situ. Bukan lagi hal yang penting untuk dipertanyakan. Yang terpenting saat ini adalah, bagaimana yang harus dia lakukan selanjutnya. Apakah dia yang harus mulai mengutarakan maksud kedatangannya, tapi bukankah dia datang karena dipinta Pak Anwar untuk melakukannya. Ya, mengkhitbah gadis ini adalah permintaan ayahnya, jadi biarkan saja ayahnya yang menjadi pengatur acara, pikir Ali.
“Jadi sudah siapkah akhi.” Pak Ustadz menepuk bahu kanan Ali. Ali pun sontak terkejut dan berkata.
“Ya Ustadz.”
“Baiklah. Pak Anwar sahabatku yang semoga senantiasa dirakhmati Allah, kedatangan kami ke sini adalah untuk melamar putri Bapak satu-satunya. Kami sadari bahwa anak kami bukanlah lelaki yang baik, tapi kami yakin bahwa anak kami ini akan selalu berusaha tuk menjadi lelaki yang baik. Karena hanya lelaki yang baiklah yang bisa menjaga nama baik dirinya, istrinya dan keluarganya.”
“Sahabatku Ustadz Ahmad yang juga semoga dirakhmati Allah. Dan ananda Ali yang insyaallah Bapak percaya kau adalah lelaki yang terbaik untuk menjadi imam putriku satu-satunya. Bapak sangat terhormat atas niat tulus ananda tuk meminang putri Bapak. Tapi sebelumnya, ada baiknya ananda langsung mendengar jawaban dari orang yang bersangkutan. Sekaligus ananda pun bisa sedikit tahu, siapa sebenarnya gadis yang kau pinang itu.” Lalu pak Ali pun menoleh ke arah ruang tengah rumahnya dan kembali berkata lembut. “Putriku, kemarilah sayang!”
Ali semakin deg-degan. Wajahnya tertunduk tak kuasa menatap wajah teduh yang berbicara. Apalagi untuk menatap gadis yang kan dipinangnya itu.
Gadis itu datang menghampiri ruang tamu didampingi ibunya. Air matanya terus berlinang tak bisa ditahannya. Subhanallah, jangan tanya kecantikannya. Jika Ali sekarang menatapnya dia pun takkan membantah berjuta pesona gadis ini. Lalu gadis tersebut duduk disamping sang ayah dengan wajah yang tertunduk pula seperti halnya Ali.
“Ya sayang, bersediakah kau untuk dipinang lelaki muda yang ada di hadapanmu itu?”
Tak ada kata, hanya anggukan saja. Ini sebuah isyarat jelas bahwa gadis ini bersedia. Tapi Ali takkan tahu jika tidak diberitahu peristiwa tadi. Karena Ali tetap tertunduk, semakin tertunduk.
“Ali anakku, putriku ini telah menyatakan bersedia. Kini giliran Bapak mengetahui kesungguhanmu. Karena bisa saja kau berubah pikiran. Dan kami siap jikalau itu ananda lakukan. Tataplah sejenak anak gadis Bapak ini. Tataplah dia, dan katakan kembali apakah kau benar-benar ingin meminangnya. Ayo tataplah ananda!”
Ali tetap tertunduk. Kepalanya terasa berat untuk ditengadahkan.
“Ayo anakku, tataplah.” Kini giliran Pak Ustadz yang memberikan perintah.
Ali pun menatapnya dengan perlahan. Dan suara lembut pun terucapkan. “Rani.”
“Ya akhi.” Suara lembut sang bidadari pun segera menyambutnya.
Kedua mata beradu pandang, kedua hati tertaut sudah. Tapi tak boleh terlena, karena akad belum terlaksana. Dan mereka harus segera mengendalikan diri. Kebahagiaan itu cukup mereka tanam di dasar hati. Sebagai modal tuk kebahagiaan yang panjang. Kebahagiaan yang senantiasa menyelimuti perjalanan mengayuh bahtera cinta, hingga harapan mereka terlaksana, bersama tak hanya di dunia, tapi juga di syurga.
Seisi rumah mengucapkan alhamdulillah. Tanda syukur atas kerelaan dua hati.
“Afwan ananda Maharani Grianingtyas Safitri, Bapak kembalikan biodatamu ini. Pemuda itu tak mau membuka dan mempelajarinya. Dia lebih memilih datang langsung seperti ini.” Pak Ustadz memang bisa. Pak Anwar dan istrinya yang tahu akan masalah ini tertawa kecil seiring dengan merah muka Ali. Karena Ali tahu bahwa amplop itu adalah amplop berisi biodata yang selama lima hari ada di rumahnya.
—-
(Cerita ini masihlah panjang, tapi sepertinya tak perlu dipublikasikan. Biarlah Novel yang mengupasnya lebih jauh. Mungkinkah?)
—————————————————————————-
Sahabat, bukankah ini
waks… namanya bagus banget… Maharani Grianingtyas Safitri … Grianingtyas artinya rumah hati… bener ga kang? 😀 keren euy!!
By: carra on Juni 27, 2008
at 8:39 pm
Alurnya datar tapi pesannya dalam, betapa penempatan tawakal yang sesungguhnya akan berbuahkan keberkahan yang tak terduga…..!!!
By: TaQ on Juni 27, 2008
at 8:56 pm
Akhir ceritanya gimna yack?:-D
By: agoezi on Juni 27, 2008
at 9:16 pm
Paragraf 1, stuju dwong…..
Jujurya bang, aku srasa berada disana nyaksiin dua insan yg tertunduk malu, diambang bahagia (disini klimaks critanya)……Dugaan, sekaligus keinginanku benar tercapai.. hfffffff alhamdulillah seneeeng liat dua sejoli dipertemukan dgn cara seperti ini. Turut bahagia bgt buat Ali & Rani!!!
Srasa ikut di rombongan lamaran deh hehe….
Cuma ada sedikit pertanyaan, apa yg telah trjadi pada Rani?, kemana aja selama ini ya?. waktu smu nolak ali pa karna si ali playboy?, cuma itu alasannya?…. Tpi biar lah hanya mereka berdua yg tahu kalau memang ini adalah rahasia yg perlu disimpan rapat2…. :D:D
By: Rita on Juni 27, 2008
at 9:22 pm
Ceritanya jadi sebuah novel ??? 🙄
bagaimana kalo dirimu selipkan juga sebuah undangan walimah di dlm novel tersebut… 🙂
Ni cerita ACHOEY bangetttt 🙂
*maaf baru bisa mampir lagi*
*virusnya masih dibasmi*
By: Menik on Juni 28, 2008
at 6:36 am
tamat……
bissmillahirrohmanirrohimm,,,
aaamiiinnnnnnnnnnnnnnnnnn……
dlam khidupan nyata pada diriantumjuga akan sama…….
keren….idah banget…
semogaitu doa antum…
By: siafa on Juni 28, 2008
at 8:13 am
oh iya ketinggalan ….
kata2 antum di atas bagus jg…
namun kemampuanku bukan utuk ditunjukan..
kempuanku utnk dirasakan…
yang dirasa tak mesti dilihat…
dan yang terlihat tak mesti terasa,,,
demikian rasa adalah hakikatku….
hehehehehheh,…
By: siafa on Juni 28, 2008
at 8:23 am
Sangat terasa, emosi yang sudah hampir tak terbendung dari Sang Penulis. Hmm….
By: Rafki RS on Juni 28, 2008
at 8:38 am
Mungkin, kenapa tidak mungkin. Dalam bentuk novel dapat dibedah lebih jauh lagi. Karakter tokohnya bisa lebih dikupas lebih dalam. Dan plotnya bisa dikembangkan lagi. Atmosfirnya sudah dapet.
By: Daniel Mahendra on Juni 28, 2008
at 8:39 am
hore…
happy ending neh…
artinya kang achoey jg akan segera menikah…
ali=achoey
githu kan???
selamat selamat
berkurang lagi bujangan di dunia ini………^_^v
By: riura on Juni 28, 2008
at 8:56 am
Cerita nya bagus sekali…..
sampe aku gak bisa koment
By: indra1082 on Juni 28, 2008
at 9:03 am
Duh ,Ksatria pena kita tidak menyerah tuk terus ber-usaha kan?
Didukung deh! Jadi Novel sip-sip . tpi nanti jgn mirip2 A2C ya. Membalikkan tebakan pembaca, itu dahsyaat…! Mga jd Novel yang subhanallah ,inspirational dan bisa memberi k0ntribusi bagi para ummat. Amien2 ya robbal ‘alamiien…
By: QanaahSholihah on Juni 28, 2008
at 9:15 am
bagi umat maxudna^_^. *digetok pakar bahasa nih nanti*
By: QanaahSholihah on Juni 28, 2008
at 9:19 am
wah…… cerita seru…, ternyata suka bercerita juga ya…. teruskan bakatnya :d
By: awan sundiawan on Juni 28, 2008
at 9:52 am
wah udah tamat…
udah jadi novel dong 😀
By: Jiban on Juni 28, 2008
at 9:53 am
waa…. happy ending yaaahh 😀 saya senaaang.. kirain bakal ada intrik2 gituh.. hueheheh.. bagus tuh kalo dijadi’in novel.. dipanjangin ceritanya.. Sayah pasti beli 😛
By: Jane on Juni 28, 2008
at 11:05 am
saya menunggu cerita lengkapnya dalam novel, mas achoey. mudah2an saya bisa lebih intens dalam menikmati konflik ceritanya. salam kreatif!
By: Sawali Tuhusetya on Juni 28, 2008
at 11:08 am
alhamdulillah… 🙂
By: yu2n yoenday on Juni 28, 2008
at 12:24 pm
setelah melalui begitu banyak kegelisahan dan kebimbangan, Ali akhirnya bisa bernapas legaa 🙂
Allah memberi apa yang Ali minta sebenarnya di lubuk hatinya.
Ending yang menyenangkan.. 🙂
Nice fiction Kang, keep writing..!
By: yu2n yoenday on Juni 28, 2008
at 12:52 pm
sebenernya saya ga pernah habis mikir, kok bisa menikah dg orang yang dikenal hanya lewat secatik kertas biodata
By: neng fey on Juni 28, 2008
at 1:07 pm
hmmm jai gimana kang, bersambung atau tamat???
By: zoel chaniago on Juni 28, 2008
at 1:27 pm
dibikin novel kang..
dijual buat pelanggan mie janda.. 😀
lha terus ngundangnya kapan neh.?
By: trijokobs on Juni 28, 2008
at 3:20 pm
horeeeeee
selamet ya kang Achoey ehhh salah Kang Ali 🙂
Di tunggu tanggal resepsinya
*makan-makan mie janda gratis*
By: tukangobatbersahaja on Juni 28, 2008
at 4:42 pm
kenalin dong ama Neng Rani…..
*ngarep mode on*
*berobat gratis deh sama saya*
By: tukangobatbersahaja on Juni 28, 2008
at 4:43 pm
Indah, santun, romantis, islami. Yang paling saya suka, dari bag 1 hingga bagian ini (tamat?), selalu terselip hikmah dan dakwah.
By: suhadinet on Juni 28, 2008
at 4:51 pm
ceritanya bagus *empat jempol* kapan ya bisa bikin cerita seperti ini? huhuhu 😦
By: tuteh on Juni 28, 2008
at 4:56 pm
Tergantung mau penulisnya; itulah hebatnya penulis, menentukan segala seuatunya
By: Ersis Warmansyah Abbas on Juni 28, 2008
at 7:52 pm
oh…ini berdasar pengalaman pribadi ya, kang? 😆
By: wennyaulia on Juni 28, 2008
at 8:55 pm
kalo novelnya sudah keluar saya di bagi satu yach…plus tanda tangan
jangan lupa
By: cinker on Juni 28, 2008
at 9:02 pm
eh.. nih ceritanya beneran mo dijadi’in novel kah? 😀
By: Jane on Juni 29, 2008
at 12:21 am
ditunggu novelnya pak…
sukses yah…
By: mZ.anGgIe on Juni 29, 2008
at 10:34 am
satu lagi ah…….
mau bikin yang punya blog kesel neh…
By: myviolet on Juni 29, 2008
at 11:57 am
Ikuti Kompetisi Matematika Nasional 2008 antar SLTA tingkat Nasional. Sebuah ajang yang membudayakan kompetisi antar siswa SLTA pada tingkat nasional bidang ilmu matematika, dan mengenalkan peran IT pada guru dan siswa SLTA.
Jadwal Kegiatan
Pendaftaran: 1 Juli – 5 Agustus 2008 Pelaksanaan 12 – 14 Agustus 2008
Tempat Kegiatan
Grha STMIK AMIKOM Yogyakarta,
Jl. Ringroad Utara Condong Catur, Yogyakarta.
Pendaftaran
Biaya Pendaftaran: Rp. 50.000,- / tim
Tempat Pendaftaran: via Online http://kmn.amikom.ac.id
Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer Bank Mandiri cab. Gejayan Yogyakarta
No. Rek. 137-00-0540110-0 a.n. Armadyah Amborowati
Penghargaan (Award)
* Juara 1 : 10 juta rupiah + beasiswa studi di STMIK Amikom Yogyakarta
* Juara 2 : 8 juta rupiah + beasiswa studi di STMIK Amikom Yogyakarta
* Juara 3 : 6 juta rupiah + beasiswa studi di STMIK Amikom Yogyakarta
* Harapan 1 : 4 juta rupiah + beasiswa studi di STMIK Amikom Yogyakarta
* Harapan 2 : 2 juta rupiah + beasiswa studi di STMIK Amikom Yogyakarta
By: myviolet on Juni 29, 2008
at 12:02 pm
Nunggu ujungnya saja ….
By: Rindu on Juni 29, 2008
at 1:42 pm
weleh, dah tamat ya ?
By: ubadbmarko on Juni 29, 2008
at 2:43 pm
alhamdulillah “happy ending” 🙂 , barokallah ya buat ali (or kak achoey) nee
By: amaliasolicha on Juni 29, 2008
at 4:48 pm
mogah ajah ada cerita lain menyusul…. 😉
sayah pamit kang achoey…. 😉
By: Abeeayang™ on Juni 29, 2008
at 5:35 pm
salam
Hmm jangan2 ini biografi si akang neh, setuju kang klo dijadikan novel ceritanya bagus banget.
By: nenyok on Juni 29, 2008
at 5:45 pm
kayak di ayat2 cinta ngono toh?
hohohohoho
By: nana on Juni 29, 2008
at 7:25 pm
ahahahaha….sepertinya ada kisah pribadi disisipkn di crita ini…but overall…very nice story…can’t wait to see it on a novel 😉
By: theloebizz on Juni 30, 2008
at 5:58 am
Agak2 ketebak endingnya bakal begini, mas. Tapi part 1-3 nya ok kok..
Trus kpn nih jadi novelnya. Ditunggu ya.. 🙂
By: t i n i on Juni 30, 2008
at 8:36 am
merinding pas baca…
By: fairuzdarin on Juni 30, 2008
at 12:01 pm
jadi kapan nih undangannya? ini pertanyaan ke mas achoey… bukan mas ali… 😀
By: fairuzdarin on Juni 30, 2008
at 12:03 pm
yuk mas cepet dibukukan, lalu diterbitkan, kemudian saya dikirimi satu (maunya…) he..he..
afwan mas, sedikit respon ya, ceritanya belum benar-benar tamat khan? fiksi ini masih membuka peluang tuk dilanjutkan. dan saya mengharapkan ceritanya tidak tamat seperti itu. klo bisa, cari ending yang lebih unik. masalahnya yang kayak gitu sudah sering di temukan dalam novel2 religi lainnya yang juga bertema romantisme.
salut!!!
terus berkarya dan tetap rendah hati!!!
salam…
By: ahsinmuslim on Juni 30, 2008
at 2:00 pm
Terharu nich bacanya,,tp ok bgt!;-)
By: @ndea on Juli 9, 2008
at 9:34 am
Alhamdullillah ternyata cinta pada sang khalik membuahkan nilai Iman dan takwa yang tak ternilai semogah akhi yang nulis dapat Barakah dari Allah dalam hidup ini dan semogah Akhi juga bisa seperti akhi Ali.
Jazakallah khairan katsiran
By: taufik on Juli 11, 2008
at 8:29 am
Akhi fllah terus nulis yaa ajak hati hambah Allah untuk tawaduh lewat tulisan akhi semogah pena akhi menjadi jembatan bagi insan-insan kamil menemukan Allah sebagi tuhan Nya dan jika Akhi kelak melanjutkan tulisan ini dalam bentuk Novel semogah kelak menjadi Novel yang terlaris dan sebagai salah satu jalan menujuh Ridha Allah Subhanahu Wata A’la amin…
Jazakallah khairan katsiran
By: taufik on Juli 11, 2008
at 8:35 am